Kamis, 23 Januari 2014

Tentang Yosakoi



Dalam buku yang berjudul Kochi ken no Rekishi, dikatakan bahwa, “, di antara matsuri (祭り) yang merepresentasikan Kochi, terdapat yosakoi matsuri (よさこい祭り). Matsuri (祭り) ini dimulai pasca Perang Dunia ke-2. Pada tahun 1954, matsuri (祭り) ini dilaksanakan dengan tujuan untukshokibarai (暑気払い) (mengusir hawa panas) serta mengembalikan kembali aktivitas di shōtengai (商店街) (wilayah pertokoan), sosok para odoriko (踊り子) (penari) yang membawa naruko (鳴子) dan menari mengikuti alunan yosakoi bushi (よさこい節) merupakan suatu pemandangan yang umum”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa yosakoi matsuri (よさこい祭り) dilakukan sebagaisuatu sarana dalam mengembalikan aktivitas perdagangan di Kōchi setelah mengalami keterpurukan akibat Perang Dunia ke-2. Di samping itu, yosakoi matsuri (よさこい祭り) juga menjadi suatu hiburan yang disajikan untuk menghilangkan kejenuhan saat musim panas.


Yosakoi matsuri (よさこい祭り), yang merupakan salah satu matsuri (祭り) yang diadakan pada saat musim panas ini mengalami perkembangan mulai sejak pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 1954 hingga saat ini. Perkembangannya yang dilaluinya hingga saat ini membuat yosakoi matsuri (よさこい祭り) yang pada awalnya hanya diikuti oleh partisipan dari kota Kōchi saja hingga menarik pengunjung maupun berbagai tim yang menggemari yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り), yang merupakan unsur utama dalam yosakoi matsuri (よさこい祭り) yang berbentuk tarian, dari berbagai daerah lain di Jepang.


Dalam penelitian berjudul The Evolutionism of ‘Yosakoi Naruko Dance’yang dilakukan oleh Iwai Masahiro, dijelaskan bahwa yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り) adalah odori (踊り) atau tarian yang terus berkembang atau berevolusi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang terjadi di dalam yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り) yang menyebabkan perkembangannya, seperti masuknya aliran musik seperti samba, rock, reggae, dan lain-lainnya ke dalam musik tradisional yang digunakan. Kemudian berkembangnya penggunaan kostum yang tadinya hanya sekedar menggunakanhappi (法被) menjadi kostum orisinal dengan paduan berbagai macam gaya dan tren. Perkembangan yang terjadi di dalam yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り) secara tidak langsung mengubah bentuk pelaksanaan yosakoi matsuri (よさこい祭り) yang awalnya hanya dilaksanakan dengan partisipan dari kota Kochi saja menjadi yosakoi matsuri (よさこい祭り) yang dapat diikuti oleh partisipan dari berbagai daerah di Jepang.

このよさこい祭りは他の祭りと大きく相違する特徴をもっている。それは毎年、踊り・音楽・衣裳を創造しているチームが圧倒的に多いということである。つまり、進化し続けている。

Kono yosakoi matsuri wa hoka no matsuri to ōkiku sōi suru tokuchō wo motteiru. Sore wa maitoshi, odori/ongaku/ishō wo sōzō shiteiru chīmu ga attō teki ni ōi to iu koto dearu. Tsumari, shinka shitsuzuketeiru.

Yosakoi matsuri ini memiliki ciri khas yang sangat membedakan dengan matsuri yang lain. perbedaan tersebut adalah setiap tahun sangat banyak tim-tim yang membuat tarian, musik, dan kostum. Oleh karena itu, yosakoi matsuriterus berevolusi.

Salah satu faktor yang menyebabkan yosakoi matsuri (よさこい祭り) sebagai matsuri (祭り) yang inovatif adalah adanya fleksibilitas dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kebebasan untuk berkreasi dalam yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り) dalam 3 unsur, yaitu: ongaku (音楽), ishou (衣裳), dan odori (踊り). Setiap tim yosakoi naruko odori (よさこい鳴子踊り), atau disingkat yosakoi (よさこい), dapat berkreasi dengan membuat musik, kostum, dan koreografi orisinal tim mereka dengan tetap menaati dasar-dasar dari yosakoi, seperti menggunakan naruko (鳴子) dan memasukkan lirik dari lagu yang berjudul ‘yosakoi naruko odori’, ke dalam yosakoi (よさこい)kreasi mereka. Dengan kebebasan dalam berkreasi ini, banyak bermunculan tim-tim yosakoi (よさこい) dari berbagai daerah. Faktor fleksibilitas dalam yosakoi(よさこい) memacu kreatifitas dalam berkarya, sehingga menjadi digemari oleh masyarakat.

Sifat inovatif dan fleksibel inilah yang kemudian menjadi dasar bagi kesinambungan dan eksistensi yosakoi matsuri (よさこい祭り). Sifat-sifat tersebut kemudian melahirkan berbagai macam matsuri (祭り) yang bertema ‘yosakoi’. Contohnya, pada tahun 2001 diselenggarakan Harajuku Super Yosakoi (原宿スーパーよさこい) yang merupakan matsuri (祭り) sebuah kota dengan bentuk yang baru di Harajuku, Tokyo. Hal ini mengindikasikan bahwa yosakoi matsuri (よさこい祭り) di kota Kochi memberikan pengaruh pada daerah-daerah lain seperti Sapporo, Akita, Chiba, dan sebagainya untuk menyelenggarakan matsuri (祭り) dengan tema ‘yosakoi’. Kemunculan berbagai yosakoi matsuri (よさこい祭り) di berbagai daerah di Jepang inilah yang mendukung kesinambungan dari yosakoi matsuri (よさこい祭り).

- Ogi Shinichirō, dkk. (Ed). Kōchi ken no Rekishi (Kenshi 39). (Jepang: Yamakawa, 2001), hlm. 5.
- Iwai Masahiro, Kore ga Kouchi no Yosakoi da! Igosso to Hachikintachi no Atsui Natsu, (Tokyo: Iwata Shoin, 2006), hlm. 211.
- Ibid., hlm. 134.









PENDAHULUAN

Begitu beragamnya kebudayaan yang ada di Jepang, penulis lebih memilih untuk mengkaji kebudayaan Festival Tari Yosakoi yang ada di Jepang tepatnya di kota Kochi. Dengan alasan tarian Yosakoi yang unik dan berbeda dengan tarian-tarian yang lainnya yang tarian ini melibatkan banyak orang disetiap performanya.
Yosakoi merupakan tarian yang berasal dari Negara Jepang. Tarian ini terlahir di kota Kochi pada tahun 1954 sebagai rendition modern Awa Odori, tarian musim panas tradisional. Tarian Yosakoi ini telah banyak tersebar di seluruh Negara Jepang. Gaya tarinya sangat energik, menggabungkan tarian tradisional Jepang dengan musik modern, tarian koreografer yang sering dilakukan oleh tim besar.
Peserta Yosakoi sendiri mencakup pria dan wanita hampir segala usia. Dengan penggabungan Naruko, Yosakoi ditarikan.


PEMBAHASAN

FESTIVAL YOSAKOI

Etimologi
Asal-usul kata Yosakoi adalah datanglah kau malam ini. Menurut kisah lain, kata Yosakoi berasal dari seruan para pekerja bangunan ketika membangun istana Kôchi di masa pemerintahan Yamauchi Katsutoyo (1596-1615). Mereka menyerukan “Yoisho koi, yoisho koi,” agar bersemangat ketika mengangkati bahan bangunan.
Kemudian ada, kisah cinta zaman Edo (1771-1776) antara aktor kabuki Ikushima Shingorô dan wanita ôoku bernama Nakaeijima diangkat sebagai lagu minyô berjudul “Ejimabushi”. Lagu tersebut terkenal di seluruh Negri, dan dijadikan lagu pengiring Bon Odori di Provinsi Tosa (sekarang Prefektur Kochi) istilah Yosakoi pastinya bukanlah dialek Tosa. Orang Kochi menyebut malam sebagai Ban, sedangkan kiya atau kiiya untuk datanglah.
Kemungkinan kata lain, Yosarikoi, ‘datanglah malam ini’ asal bahasa Jepang kuno abad ke-9 berubah menjadi Yosakoi, dan dimasukkan ke dalam lirik minyô berjudul Yosakoi Bushi.

Sejarah
Festival Yosakoi pertama kali diadakan pada tanggal 10 Agustus-11 Agustus di kota Kochi. Peserta festival pada waktu itu berjumlah 750 penari yang tergabung dalam 21 kelompok. Sebelumnya tari Yosakoi pertamakali dipentaskan di muka umum sebagai tari kreasi baru pada pameran dagang dan industri Prefektur Kochi, Maret 1950. Pada penyelanggaraan ke-30 tahun 1984, penari yang ikut serta sudah mencapai 10.000 orang. Dari Festival Yosakoi di Prefektur Kochi, Yosakoi telah menjadi salah satu bentuk modern tari musim panas yang ditarikan diberbagai tempat di Jepang, dan bahkan hingga ke luar negeri.

Festival Tari Yosakoi



Yosakoi Matsuri adalah festival tari Yosakoi yang diadakan setiap tahunnya di kota Kochi, Jepang. Prefektur Kochi pada tanggal 9 Agustus hingga 12 Agustus, festival berlangsung selama empat hari, dan puncak pentas utama 10 Agustus dan 11 Agustus. Malam sebelum pentas utama (9 Agustus) dimeriahkan dengan pesta kembang api, dan tanggal 12 Agustus adalah hari kompetisi Nasional.

Yosakoi adalah tari dengan ciri khas gerakan tangan dan kaki yang dinamis. Tari ini berkembang sebagai bentuk modern tari musim panas Awa Odori. Sambil menari, di kedua belah tangan pria dan wanita segala umur membunyikan perklusi dari kayu yang disebut naruko. Mulanya naruko dipakai untuk mengusir burung-burung di sawah, namun sekarang menjadi pelengkap tari.
Dalam satu kelompok penari mengenakan kostum berupa happi atau yakuta. Kostum dan musik dipilih sesuai selera masing-masing kelompok yang berusaha tampil seunik mungkin. Musik pengiring tari dapat merupakan campuran musik daerah (minyô) dicampur dengan musik rock, samba, disko, enka, atau genre musik yang lain sesuai selera, namun harus memasukkan melodi “Yosakoi Naruko Odori”. Kelompok penari Yosakoi menari di jalan utama kota Kochi (Otesuji), alun-alun kota, dan pusat perbelanjaan Obiyamachi. Di dalam kota setidaknya disediakan 9 lokasi kompetisi tari dan 6 lokasi pentas. Festival ini dimeriahkan sekitar 19.000 peserta dalam 170 kelompok penari. Peraturan yang mengatur sejumlah para peserta misalnya, pembatasan jumlah penari dalam satu kelompok (di bawah 150 orang) ukuran panggung di truk bak terbuka (jigatasha), dan keharusan membawa naruko sewaktu menari.

Tari Yosakoi Versi Indonesia
Di Indonesia sendiri tepatnya di kota Surabaya dijadikan kiblat seni tari Yosakoi dari Jepang. Tarian ini menjadi populer di Surabaya sejak pemkot Surabaya dan Pemkot Kochi, Jepang menjalin hubungan kerjasama Sister City pada tahun 2002. Mulai sejak itu, tarian Yosakoi menjadi agenda wajib Festival Lintas Budaya yang digelar tiap tahun di Surabaya. Mami Kato seorang warga negara Jepang yang sudah 23 tahun menetap di Yogyakarta mengatakan di Surabaya, tari Yosakoi sangat berkembang. Itu terlihat dari makin apiknya performa tim tari Yosakoi dalam festival Yosakoi tiap tahunnya di Surabaya. Tidak hanya tim-tim dari Surabaya dan sekitarnya, tim dari luar kota bahkan dari Jepang sendiri juga terlibat dalam festival ini. Festival ini digelar dengan nuansa Jepang dan Suroboyoan.

Perbedaan Tari di Indonesia Dengan Tari Yosakoi di Jepang
Kebanyakan tari-tari di Indonesia performanya tidak ada yang melebihi 50 ke atas, tidak seperti tari Yosakoi di Jepang yang bisa sampai ratusan pada saat pentas. Kalau pun ada mungkin seperti kebudayaan yang ada di Jawa tepatnya di kota Jepara, kota penulis sendiri, yang nama kebudayaannya sering disebut Perang Obor, bisa dikatakan kebudayaan tersebut sejenis tarian dengan membawa obor di tangan yang dimainkan puluhan orang bahkan ratusan orang di desa Tegal Sambi yang ada di kota Jepara di mana kebudayaan itu dipercayai oleh para masyarakatnya. Itu kalau dilihat dari segi jumlah personilnya.
Dan perbedaan lainnya, tarian yang di Indonesia setiap tarian dari daerah-daerah tertentu pasti berbeda jenis, nama, dan tariannya, yang belum tentu masyarakat di daerah lainnya bisa membawakan tarian daerah lain. Berbeda dengan tari Yosakoi yang ada di Jepang, tarian itu kebanyakan bisa dikuasai oleh setiap penduduk yang tinggal di Jepang. Bisa diketahui saat festival tari Yosakoi diadakan, beribu-ribu orang ikut berperforma di acara tersebut.
Kebudayaan tari Yosakoi diadakan setiap tahun sekali dengan dimeriahkan ribuan orang untuk ikut berpartisipasi, seperti diadakannya perlombaan antar kelompok yang menarikan tarian tersebut. Tarian Yosakoi berlansung di kota Kochi.